Kamis, 23 Juni 2011

Partai Mashriq Partai Maghrib Partai Japemethe

Manusia sangat punya kesenangan untuk bertengkar dan berpecah-belah satu sama lainnya.
Manusia sangat suka membela golongannya sendiri, partainya sendiri, alirannya sendiri, kepentingannya sendiri.
Pembelaan atas golongannya sendiri itu bisa berpijak pada keyakinan atas kebenaran golongannya atau atas pilihan ideologi kelompoknya atau yang banyak adalah karena digolongannya itu terletak mata pencahariannya, terletak pemenuhan atas kepentingan karier dan keuntungan² pribadi lainnya.
Diantara yang berkecenderungan terakhir itu ada yang karena keterpaksaan sebab tidak ada pilihan lain kecuali loyalitas tunggal, atau ada yang karena selalu merasa tidak cukup, alias karena keserakahan.
Manusia sangat hobi makan 'ananiyah' : Keakuan, kekamian, egoisme, egosentrisme.
Tidak hanya manusia² pemalu saja yang begini. Para manusia tokoh dan kelas pemimpin pun rata² begini. Ini wataknya.
Manusia mengkotakkan dirinya kalau tidakdi PPP ya di Golkar atau PDI.
Manusia mengurung dirinya kalau tidak di Syiah y di Sunni. Di Pekalongan atau di Bangil dan Jakarta kedua golongan ini sedang asyik²nya bertengkar, sampai sesekali hampir ke pergulatan fisik.
Manusia memborgol hidupnya kalau tidak di Muhammadiyah ya di NU, atau ICMI, KAHMI, HMI, PMII, kelompok diskusi ini dan itu yang anggotanya 10 orang namun terpecah menjadi 15 bagian.
Manusia membatasi dirinya untuk ikut jalan tolnya Mbak Tutut dan Hartono atau naik pesawatnya Habibie dan Ginanjar, atau berpuluh-puluh lokomotif dan gerbong lain yang sewaktu-waktu bisa dilangsir dan diganti-ganti gandengannya.
Manusia bergaul satu sama lain dan punya kesukaan untuk meng-klaim, “Khuwi japemethe.” “Kae bocahe dhewe.” Itu orang kita.” “Itu anak buah saya.” “Gali yang itu rekan saya, awas kamu jangan berani-beraninya sama saya.”
Manusia penghuni partai masyariqatau partai maghrib. Aliran Barat atau Timur. Dan pada saat yang bersamaan mereka masing-masing sesumbar tentang kemerdekaan, kebebasan, hak asasi manusia.
Manusia sungguh-sungguh memiliki potensi yang besar untuk bodoh dan munafik.

-8 Oktober 1997-

2 komentar:

  1. Lha iya kang Ainunnajib.
    Sakwise kita tahu keberadaan manusia pada umumnya seperti itu, Terus gimana nih? coba disamping pean beri paparan keberadaan mereka yang sedemikian ini, beri juga solusi dan seharusnya seperti apa kita ini
    Gitu lho

    BalasHapus
  2. Manusia cenderung lbh suka trtlihat pintar daripd pintar beneran, karna pintar beneran gk akan " minterin' orang

    BalasHapus