Selasa, 19 Mei 2009

BOO KEBO!

Lawakan sahabat kita itu sebenarnya amat serius. Dengan gaya amat santai dia mengungkapkan secara jitu soal - soal politik dan kepemimpinan. Itu terjadi di sebuah acara di kota Bandung.
"Saudara - saudara sebangsa setanah air!" ucapnya, "kumpul kebo sungguh baik dan merupakan pilihan saya dalam pengelolaan tugas - tugas saya. Marilah kita selalu kumpul dengan kebo, baik kebodohan, kebohongan maupun kebobrokan..."

Acara itu menjadi amat semarak. Namun, pada hari - hari sesudah acara, saudara kita itu tidak nampak batang hidung maupun ekornya. Orang- orang mencari ke sana kemari, bahkan sampai ke kandang - kandang kebo, tak ketemu.

Saya sendiri menjadi sangat khawatir. Jangan jangan ia disruduk oleh seekor atau beberapa ekor kebo, atau setidaknya hidungnya dicocok seperti kebanyakan kebo.

Tak bisa saya berbuat apa - apa atas hilangnya sahabat kita itu. Akhirnya saya hanya berdoa semoga ia selamat dari kebonyokan- kebonyokan tertentu di wajahnya, semoga Allah melindunginya dari kebocoran - kebocoran di kepalanya, serta jangan sampai perut atau anggota - anggota tubuh yg lain menderita kebolongan kebolongan.

Sebab, 45 tahun yang lalu, Cak Durasim di Jombang, gara - gara berpantun, "Bekupon omahe doro, melok Nipon urip sengsoro..."-segera mengalami kebongkoan alias 'dut' alaias 'koid' oleh 'keboanjingan' serdadu Jepang.
(Emha Ainun Nadjib/"Secangkir Kopi Jon Pakir"/Mizan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar