Yang bahaya dan ditakuti oleh penguasa bumi ini bukan Kaum Muslimin atau Ummat Islam. Yang kuat dan hebat juga bukan Ummat Islam. Tidak ada yang perlu ditakuti dari Ummat Islam. Biarpun Israel hanya sekabupaten yang bertetangga dengan sepropinsi negara-negara Islam, si kabupaten bisa berbuat apa saja.
Jangankan sekedar mengurung Yasser Arafat di dalam metoda Khondaq, jangankan sekedar mengancam dan mengebom Masjidil Aqsha, sedangkan kalaupun Ka’bah di Mekah dan Masjid Nabawi diduduki oleh kumpulan pasukan-pasukan penguasa dunia – akan tidak banyak yang bisa diperbuat oleh Ummat Islam.
Ummat Islam di timur tengah hidup dalam negara-negara suku yang secara ideologis dan sosiologis menyalahi prinsip universalisme-plural (rahmatan lil’alamin) yang merupakan inti ajaran Rasulullah Muhammad saaw. Ada kerajaan suku Arab Saudi, kerajaan suku Yordan, Kuwait, dlsb. Para khotib Jum’at selalu menyatakan rasa syukur “Kita panjatkan puja dan puji kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saaw, yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam nur yang terang benderang…”
Kalimat itu belum selesai, karena di ekornya masih ada anak kalimat “….kemudian sesudah Muhammad tiada, kita kembali ke dunia jahiliyah….”
Ummat Islam Indonesia yang jumlahnya terbesar di dunia juga terbagi dalam berbagai suku dengan fanatisme, kebanggaan dan egosentrismenya masing-masing. Ada suku NU, suku Muhammadiyah, suku darul Arqam, suku PKB dan sub-sukunya, suku PPP dan sub-sukunya, suku PBB, PK dan banyak lagi. Firman Allah “syu’ub wa qaba-il” itu bukan hanya bermakna genekologis atau antropologis – tetapi juga melebar ke berbagai segmentasi sosial yang jumlahnya tak terbilang. Bahkan di dalam suku-suku Ummat Islam terdapat pula sub-suku Yahudi, Nasrani, Sekuler, Kebatinan dan macam-macam lagi – sekurang-kurangnya dalam cara pandang dan pola sikap kesejarahannya.
Sungguh mengasyikkan isi dunia ini, dan Ummat Islam di muka bumi seluruhnya atau khusus di Indonesia, dengan modal dasar kebanggaan suku – tidaklah akan mampu berbuat banyak kepada kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Jika kekuatan di luar mereka memusuhinya, Ummat Islam akan kalah, dan jika kekuatan di luar dirinya itu bersahabat dengannya – Ummat Islam akan lebih kalah lagi.
Dan kalau terhadap persepsi saya ini Ummat Islam marah, maka menjadi terbukti bahwa ternyata keadaan mental dan budaya Ummat Islam jauh lebih parah disbanding yang tergambar dalam uraian ini.
***
Yang ditakuti oleh dunia, sekali lagi, bukanlah Ummat Islam, melainkan kebenaran nilai-nilai Islam. Oleh karena itu nanti zaman demi zaman akan berlalu, dan jika Ummat Islam dimusuhi, lantas mereka ada yang melawan, ada yang tidak melawan dan bahkan banyak yang justru menjadi alat untuk memusuhi Islam sendiri meskipun si alat ini naik haji 19 kali dan dikenal sebagai tokoh Islam – maka para penguasa dunia itu tidak akan bisa dikalahkan oleh Ummat Islam, melainkan akan dieliminir dan ditaklukkan secara ridho oleh nilai-nilai Islam sendiri yang tumbuh diam-diam dari dalam diri mereka sendiri.
Anda tidak perlu percaya pada kata-kata saya ini tetapi juga sebaiknya tak usah tidak percaya, daripada kelak Anda mundur isin untuk mengakuinya. Sebagaimana kepada sorga dan neraka Anda tidak saya tuntut untuk percaya, tetapi sebaiknya juga tak usah repot-repot tak percaya – supaya kelak kalau ada sorga beneran Anda tidak malu-malu kucing untuk mendaftar masuk ke dalamnya.
Sekarang para penguasa dunia silahkan berbuat semaunya kepada Ummat Islam. Ummat Islam bisa dibunuh, ditembaki, dimusnahkan dengan tidak terlalu sukar karena dari segala segi maintenance peperangan, Ummat Islam kalah mutlak. Tetapi yang tak bisa diapa-apakan adalah nilai Islam. Sebab kandungan nilai Islam tidak bisa ditembak atau dibom. Nilai Islam terletak di lubuk hati setiap orang yang memusuhinya.
Jadi kalau, umpamanya, Anda ingin menangkap saya, memenjarakan saya, membunuh saya, memberangus pekerjaan sosial saya, mengucilkan saya, menghancurkan eksistensi saya, membuang saya, membakar nama saya, menginjak-injak harga diri saya, menendang kepala saya, bahkan melabuh abu bakaran mayat saya di pantai selatan – sedikitpun Anda tidak akan mendapatkan kesulitan. Sebab saya sangat lemah. Tetapi yang tidak akan terbunuh adalah keyakinan yang saya jalani, sebab keyakinan itu juga berdomisili di dalam diri Anda sendiri.
***
Nilai Islam sangat ditakuti eksistensinya oleh para penguasa dunia, tetapi Ummat Islam atau Kaum Muslimin amat diperlukan oleh mereka.
Para penguasa dunia sangat membutuhkan Ummat Islam, tidak akan membiarkan Ummat Islam kelaparan, tidak membiarkan Ummat Islam kehilangan tokoh serta penampilan formalnya. NU, Muhammadiyah, MUI atau apa saja, harus terus ada, jangan sampai tidak ada.
Kalau Ummat Islam sampai mengalami busung lapar dan musnah, itu akan merugikan para penguasa dunia, karena dengan demikian mereka tidak punya partner untuk menjalankan dialektika kekuasaan. Ummat Islam harus tetap eksis di muka bumi, sebab penguasa dunia membutuhkan budak dan orang-orang jajahan. Budak jangan sampai ndak makan dan loyo, sebab kalau loyo ndak bisa diperintah-perintah. Kalau kelaparan tidak enak ditempelengi.
Ummat Islam dibutuhkan keberadaannya oleh penguasa dunia, dan manfaat keberadaan Ummat Islam adalah untuk proses penghancuran dan pelenyapan nilai-nilai Islam itu sendiri. Ummat Islam dipelihara, digurui, diajari, dididik untuk memiliki cara berpikir, cara bersikap dan cara hidup yang menghancurkan nilai-nilai Islam. Dan itu gampang dilaksanakan: kiai-kiai, ulama-ulama, cendekiawan muslim, mahasiswa islam, jurnalis, budayawan seniman, warga ormas keislaman, anak-anak muda Islam dll – sangat gampang digiring menjadi pegawai penghancur nilai-nilai Islam.
Ummat Islam harus dipelihara keberadaannya, sebab mereka yang sangat effektif untuk mempermalukan nilai-nilai Islam. Kalau ada kelompok Muslimin yang membangun kesejukan, kebersamaan, demokratisasi, egaliterisasi, defeodalisasi, menegakkan cinta kasih social – jangan diberi ruang di pemberitaan media massa dan peta opinion making – sebab mereka ini kontra-produktif untuk proses mempermalukan nilai-nilai Islam.
Yang dibutuhkan oleh penguasa dunia adalah Muslim Ekstrem, radikal, ngamukan, berkepala batu, bodoh, terbelakang, suka mengancam, hobi mengasah pedang. Rumus baku di kampus, media massa dan internet adalah “Islam harus ekstrem”. Mosok Islam ndak ekstrem. Islam ekstrem adalah Islam ideal bagi para penguasa dunia, sebab memang itulah senjata bumerang paling ampuh untuk mengeliminir ketakutan mereka terhadap kebenaran nilai Islam.
Untuk menciptakan muslim ekstrem, maka harus dilaksanakan sejumlah kecurangan opini dan ketidakadilan di bidang-bidang politik, hukum, ekonomi dan kebudayaan. Kalau orang disakiti terus menerus, pasti lama-lama ia akan menjadi keras dan gampang dipancing untuk mengamuk.
Di setiap segmen social, di tempat kerja, di lingkungan birokrasi, di kampus, di kampung dan di manapun saja – harus terus menerus diciptakan pencitraan bahwa orang Islam itu suka menindas. Orang Islam itu mayoritas yang kejam. Meskipun kalangan Islam yang ditindas tapi opini yang dibangun harus sebaliknya.
Kalau ternyata dipancing-pancing dan dijelek-jelekkan kok orang-orang Islam itu masih saja bersabar, bersikap lembut dan merangkulkan kemesraan pluralisme – maka harus pada momentum-momentum yang berkala dan berirama harus diciptakan skenario seakan-akan ada tokoh ekstremis teroris – umpamanya Abu Bakar Baasyir -- yang diupayakan untuk dihardik terus menerus di media massa, dicari-carikan pasal untuk menangkap dan menghukumnya.*****
(Emha Ainun Nadjib/Jawa Pos/2002/PadhangmBulanNetDok)
Emas dan Tanah
6 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar