Minggu, 24 Januari 2010

Da'wah Kampus Pasca Mataram(i)

Da'wah di kampus merupakan sebuah fenomena mengesankan. Kampus sebagai lapisan masyarakat tersendiri, adalah agen penting dari pertumbuhan hari depan bangsa. Namun, tak dapat diabaikan pula tumbuhnya lembaga da'wah di luar kampus, yang formatnya sudah bukan tradisi lagi. Di Yogyakarta, misalnya, ada angkatan muda masjid yang begitu gairah mengaji Islam. Dengan demikian, da'wah di kampus, tumbuh dan berkembang seiring dengan da'wah di luar kampus.
Kenyataan ini, sekali lagi membuktikan, bahwa Islam tidak dapat ditekan dan dilenyapkan dalam keadaan sulit macam apapun.

Dinasti Mataram
Jika diamati, ada kaitan erat antara perkembangan historis Ummat Islam dengan dunia perpolitikan Indonesia. Sejak keruntuhan Majapahit dan dimulainya kekuasaan Mataram, hingga saat ini, kasusnya sama saja. Kerajaan-kerajaan tersebut memiliki inti kekuasaan Jawa. Mereka mencoba merangkui Islam sebagai bagian dari Jawa, tapi dengan syarat, kebudayaan Islam yang murni harus diblokade sedemikian rupa sampai batas tertentu. Boleh salat, puasa dan seterusnya. Bila mengganggu kekuasaan jawa, Islam akan dihapus.
Pada zaman Mataram, sebagai misal, Islam tidak dilawan secara frontal. Namun justru dijadikan bagian dari kekuasan dinastik dengan kondisi kebudayaan Islam yang mandeg.
Meskipun da'wah dewasa itu cukup berkembang, tapi sejarah tak bisa melupakan tragedi pembunuhan terhadap para ulama dan kiai pada zaman Amangkurat II.
Saat ini keadaannya tidak banyak berbeda. Meski formatnya lain, substansinya tetap sama. Artinya, secara politis, ideologis dan kultural, terdapat usaha-usaha yang ingin menghentikan pertumbuhan Islam. Bahkan ada kelompok yang bersikeras: Islam harus mandul di bumi Indonesia..
Islam dalam sejarah Indonesia, selalu dipakai pemberontak untuk merebut kekuasaan. Bila pemberontakan telah berhasil, maka Islam ditekan. Pada giliran berikutnya, Islam kembali dipakai pemberontak baru untuk merebut kekuasaan baru. Bila pemberontak yang ini berkuasa, maka Islam kembali ditekan dan dicampakkan. Demikian seterusnya, daur pemberontakan menjadi arus sejarah yang tidak bisa dihindarkan.
Penjelasan tersebut sesungguhnya diperlukan untuk memberikan latar belakang bagi pertumbuhan Islam yang begitu pesat saat ini. Fenomena da'wah di kampus atau gerak jilbabisasi, sesungguhnya tidak dikehendaki oleh gelombang kekuasaan". namun mengapa .semua itu justru berkembang? Alasannya-sederhana. Justru ketika sekelompok manusia merasa ditekan, merasa menjadi pinggiran dan merasa akan musnah, maka tumbuh dan berkembanglah sebentuk kesadaran untuk mempertahankan eksistensinya .

(bersambung)====>

(Emha Ainun Nadjib/ "Nasionalisme Muhammad" - Islam Menyongsong Masa Depan / Sipress / 1995 /PadhangmBulanNetDok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar