Minggu, 06 September 2009

BIKIN BATU - BATA

Hampir tiap hari saya pergi dari desa ke desa, dari kota ke kota, dari lapangan ke lapangan, dari orang sedikit ke orang banyak, dari orang banyak ke orang sangat banyak, dari orang kota ke orang dusun, dari wong cilik ke wong tidak gedhe, pokoknya ke mana saja semampu-mampu saya, dari Tinambung ke Grobogan, dari Lowokwaru ke Sidayu, dari masyarakat cliwik ke masyarakat santri. Kami selalu saling bertanya dan saling mengungkap secara terang-terangan di tempat terbuka apa keresahan kami, apa pendapat kami tentang presiden, menteri, ekonomi dan politik nasional, pokoknya tentang apa saja tanpa tedheng aling-aling.

Namun itu semua baru memberi barokah bagi pendidikan politik kami sendiri, itu semua baru menciptakan manfaat bagi pencerahan hati dan perjuangan sosial kami sendiri -- dan belum bermanfaat secara lebih luas bagi masyarakat Indonesia. Sebab batu-bata dan gergajian kayu-kayu yang kami bikin dan persiapkan untuk pembangunan rumah baru nasional itu dinilai kurang bermutu oleh para arsitek dan pemimpin alternatif yang sekarang mulai memimpin sejarah kita bersama.
(Emha Ainun Nadjib/Seri PadangBulan (183)/1999/PadhangmBulanNetDok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar