Selasa, 24 Februari 2009

Dari Gaza Menuju Iran

MESKIPUN bukan siapa-siapa, saya turut mengucapkan beribu terima kasih kepada semua Anda di seluruh Indonesia dan dunia yang bersedia bersusah payah, berkeringat dan keluar biaya untuk melakukan unjuk rasa menentang dan mengutuk penyerbuan Israel ke Palestina di Gaza.

Meskipun tidak bisa diandalkan di hadapan Allah, tetapi saya mendoakan semoga pengorbanan Anda semua diganjar Allah dengan tambahan rezeki melimpah, ketenteraman keluarga, kesejahteraan anak turun, serta terselesaikannya masalah-masalah apapun yang Anda hadapi.

Tidak penting apakah muatan unjuk rasa Anda itu tepat atau tidak. Tidak masalah demonya ke mana dan sasaran demonya siapa. Juga tidak persoalan pemahaman Anda semua dan saya melenceng atau tepat atas apa yang sesungguhnya terjadi di Timur Tengah.

Yang penting Anda dan saya sungguh-sungguh berniat membela hamba-hamba Allah dari kezaliman, setia mempertahankan “rahmatan lim’alamin”. Dan itu efeknya bukan hanya akan sampai ke Palestina, tapi insya Allah merupakan investasi bagi keselamatan keluarga kita dan kesejahteraan anak cucu kita kelak.

Dan yang lebih penting lagi: berkat ikhtiar Anda, sekarang Israel mengubah sikap dan program berikutnya. Berkat teriakan Anda semua yang bersambungan bersahut-sahutan dengan teriakan umat manusia lain di seantero muka bumi, telah membuat Israel mengambil keputusan untuk –sesudah Palestina ini, membatalkan serangannya ke Iran.

Kalau yang di Gaza, itu bukan “pertandingan”, tapi pembantaian. Ayyamul malhamah atau Yaumul Malhamah, hari-hari pembantaian kalau pinjam istilah Nabi Muhammad SAW dulu setelah menaklukkan Makkah dan menjamin bahwa semua tentara musuh dimerdekakan, Yaumul Marhamah, Hari Kasih Sayang. Nah, kalau Israel jadi menyerang Iran, itu baru “duel”.

Israel memanfaatkan posisi “status quo” kekuasaan Pemerintahan Amerika Serikat. Barack Obama belum tentu nanti akan bagaimana, tapi Bush pasti oke, karena toh sebentar lagi dia hengkang dan tak ikut menanggung akibat apa-apa. Ini bukan soal Israel-Palestina. Juga bukan Israel-Arab. Ini adalah perang dingin dan akan bisa jadi perang sungguhan antara Israel dengan Iran.

Minumlah seteguk air yang mengalir ke dalam badan kita diiringi doa oleh kedalaman hati kita. Duduk rileks. Tarik napas panjang. Kita luangkan sedikit waktu untuk menabung pembelajaran tentang itu semua. Pelan-pelan, tidak dengan kemarahan tapi dengan mesin ilmu dan ketenangan batin.

Katakanlah kita berpendapat bahwa saat-saat ini masalah nasional bangsa dan negara kita kalah urgen dibanding Gaza. Oke, kapan-kapan kita perdebatkan lagi. Tetapi pasti bahwa kalau bisa jangan seorang pun dalam kehidupan ini pernah berbuat sesuatu, membela sesuatu, melawan sesuatu, apalagi sampai ke tingkat pertentangan kelas dunia – tanpa terlebih dahulu mempelajari segala sesuatunya dengan objektif, waspada, dan dewasa.

Kalau Gaza itu perang agama, antar pemeluk agama apa? Yahudi lawan Islam? Kalau ini peta-nya, bagaimana dengan orang Yahudi yang beragama Islam dan orang bukan Yahudi yang beragama Yahudi? Apakah Israel representasi formal dari Agama Yahudi dan juga Ras Yahudi? Bagaimana dengan teman kita orang Indonesia, Muslim, nikah dengan gadis Yahudi, asli Israel, dan tetap bukan Muslim –dan Islam tidak melarang teman kita itu berposisi demikian?

Banyak sekali “korsleting” dalam konteks itu. Apakah Israel sama dengan Yahudi? Apakah Yahudi sama dengan Zionis? Apakah Zionis sama dengan Israel? Apakah rakyat Israel sama dengan Zionis? Kita pening kepala kalau muter-muter di situ. Kalau ditambah Kristen lebih pecah lagi kepala kita. Kristen Katolik atau Protestan? Apakah pemeluk Agama Yahudi satu pihak dengan pemeluk Kristen? Istrinya almarhum Yasser Arafat yang Nasrani kita apakan?

Kalau pokoknya kita anggap saja Umat Islam musuhan sama orang Kristen dan Yahudi, lantas apa saja langkah-langkah Umat Islam? Membunuhi mereka di mana saja ketemu? Di perumahan tempat tinggal kita, di pasar, di kantor? Boikot seluruh produk orang Kristen? Kita pantang naik pesawat yang bukan bikinan Umat Islam? Pantang pakai handphone, komputer, kulkas, celana jeans? Kita kosongi rumah kita, masjid kita, kantor kita, sekolahan kita, dari segala macam unsur yang ada hubungannya dengan Yahudi dan Kristen?

****

Terutama Anda yang sangat mencintai Rasulullah Muhammad SAW, menangis di Raudlah, beriktikaf di Masjidil Haram, ingin naik Haji tiap tahun, sesekali cobalah jawab pertanyaan awam seperti ini: Arab Saudi itu “musuhan” sama Israel ataukah “kompak”? Hati kita cukup kuat mungkin untuk mengucapkan bahwa Arab Saudi selalu oke dengan Amerika Serikat, keluarga Bin Laden yang memborong penyelenggaraan haji mulai tahun kemarin bukan benar-benar punya anak bernama Osamah yang merupakan musuh utama Amerika Serikat.

Tetapi hati kita masih sangat rapuh untuk mengakui bahwa memang tidak benar-benar ada tanda bahwa Arab Saudi itu bermusuhan dengan Israel. Bagaimana kalau Anda ditamui orang dan melaporkan: “Israel sudah berunding dengan Saudi Arabia, Syria, dan Mesir sekitar Juli 2008 tentang rencana penyerbuan ke Gaza sebagai pemanasan sebelum menyerbu Iran. Ketiga Negara Arab Islam itu sudah menyetujui atau merestui, sebagaimana dulu Irak diserbu”.

Maka ada baiknya kita mulai belajar memahami masalah secara objektif meskipun menyakitkan. Yang dekat-dekat dulu: bangsa kita sudah mampu mencapai kualitas bagus dalam hal memilih ketua RT. Sekarang kita belajar lebih tinggi: belajar memilih lurah, sampai besok-besok sekitar tiga era lagi insya Allah kita akan punya kemampuan kualitatif untuk memilih Presiden.
(Emha Ainun Nadjib/"Kaltim Pos"/17 Januari 2009/PadhangmBulanNetDok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar