Selasa, 17 Februari 2009

Ikut Tidak Menambah Jumlah Orang Lemah (7-Tamat)

Muhammad adalah sufi teragung yang pemah ada di muka bumi. Ucapan-ucapan beliau amat puitis dan mengandung keindahan yang kaffah bersama kebaikan dan kebenaran. Namun yang lebih penting yaitu bahwa beliau tidak hanya berhenti merenung di gua Hira dan berasyik-asyik sebagai sufi-nabiy yang "masuk sorga tanpa mengajak orang lain". Muhammad keluar dan gua, tampil membebaskan masyarakatnya dari belenggu jahiliyah. Ia menjadi manusia pemimpin dalam arti yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Ia menjalankan fungsinya yang ganda, tak hanya menjadi sufi-nabiy, namun juga sufi-rasuli dan itulah karya tasauf terbesar.

Maka engkau semua adalah sufi-sufi, sebab bagaimana mungkin kita hindarkan dirnensi-dimensi tasauf itu dalam proses taqorrub kepada Allah. Aku kira akan segera kita jelang suatu masa di mana kaum Muslimin makin mampu menemukan formula kekhalifahan mereka dengan mengorganisir mengerjasamakan pekerjaan-pekerjaan rasuli dengan pekerjaan-pekerjaan nabi.

Pertumbuhan baru dalam masyarakat Muslimin menunjukkan bahwa term khalifah dan kullukum roo'in yang diwahyukan oleh Allah, bukan sekedar perintahNya, melainkan sekaligus janjiNya. Masyarakat Muslimin perlahan-lahan merasakan dan menyadari bahwa mereka bisa memimpin kehidupan, bahwa kalau organisasi-organisasi Islam resmi nampak tidak cukup progresif menanggapi perkembangan tantangan jaman: ummat Muslimin akan mengerjakan pengisian kekurangan tersebut otomatis dengan sendirinya.

Kini semakin melebar dan teracu berbagai pertanyaan dan terobosan terhadap pemaknaan-pemaknaan baru atas nilai-nilai Islam. Ummat Islam telah mulai belajar kembali, menyongsong kewajiban mereka di masa datang untuk memimpin kebudayaan dunia islami. Pengertian-pengertian yang jumud tentang Islam kini mulai diurai kembali. Arti sholat dikembangkan sayapnya. Telinga mereka makin kritis kalau harus mendengar fatwa-fatwa klise tentang puasa yang selalu disebut "untuk menghayati penderitaan kaum miskin" seolah-olah puasa itu dikhususkan bagi orang-orang kaya, sehingga puasa bagi orang miskin ialah "untuk menghayati penderitaan dirinya sendiri". Zakat digugat. Tentu bukan zakatnya yang digugat, melainkan kebekuan radar kreativitas kita terhadap arti zakat. Islam mulai menumbuhkan sistemisasi zakat yang lebih realistis, sekaligus merintis pendidikan manusia-manusia penzakat yang tidak lagi harus ditodong agar berzakat. Dan puasa, diterjemahkan ke dalam kehidupan
nyata. Orang mulai berkata: Kalau sekedar puasa Ramadhan, tidaklah terlalu berat. Tetapi justru puasa dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan kesempatan kerja, penikmatan ekonomi, jabatan, uang pensiun, popularitas, dan seterusnya sungguh-sungguh merupakan tantangan yang menawarkan kematangan kemusliman yang baru dan lebih realistis. Akan juga tiba giliran pertanyaan kepada perolehan air madu haji: bahwa rukun haji bukan hanya menyangkut persoalan fasilitas. Bahwa haji tidak sekedar nomor unit sesudah syahadat. Haji adalah merupakan peringkat sesudah mencapai kematangan sholat, puasa dan zakat. Siapapun silahkan memfungsikan haji sebagai instrumen kepentingan mobilisasi politik atau investasi bisnis ekonomi, namun anak-anak muda Muslimin mulai peka saraf-saraf rohaninya terhadap kebenaran tempelan yang berbeda dengan kebenaran sejati.

Pada saat yang sama proses pemaknaan kembali atas nilai-nilai Islam itu disertai oleh urgensi keharusan mengatasi problem kaum mustadh'afin. Dan tidak sedikit anak-anak muda Kaum Muslimin yang sudah terjun langsung ke dalam pekerjaan melelahkan ini, betapapun organisasi dan strategi-strategi untuk itu belum benar-benar ditemukan rumusnya. Mereka tidak bisa tahan hati menunggu keputusan seminar para dewa yang akan mengungkapkan strategi itu, maka meskipun masih bersifat sporadik, fragmentaris dan ornamental mereka sudah mencoba langsung mengerjakannya. Untuk mewujudkan perilaku kemusliman tidak hams menunggu mode baru Ratu Adil yang berupa suksesi tampuk kepemimpinan politik atau tersedianya wadah kenegaraan bagi sistem nilai baru yang islami. Mereka langsung menabung

Apa yang saya maksud dengan "tabungan Islam" adalah proses islarnisasi dalam arti kebudayaan luas serta dalam satuan-satuan nilai yang universal. Mereka Menabung agar tidak terbawa menjadi lemah tanpa harus menunggu formula kenabian baru dari atas yang coba dibangun dengan buku-buku dan diskusi-diskusi. Mereka menabung agar tidak ikut dilemahkan tanpa harus menanti usaha rekonstruksi lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah atau Nandlatul Ulama, tanpa harus menanti perombakan total isi siaran televisi, lahirya sutradara-sutradara film yang islami atau keinsyafan kultural edukatif para cukong perdagangan kebudayaan sekuler. Mereka menabung untuk tidak melemahkan dengan melatih diri terbiasa berpuasa menahan diri dari segala godaan kesempatan, terutama kekuasaan, uang dan kemewahan; dengan merintis pemanfaatan kebiasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk suatu langkah yang lebih islami. Mereka menabung pekerjaan-pekerjaan yang mereka yakini bersifat
islami tanpa harus menunggu keputusan para Ulama dan cerdik cendekia tentang definisi islami yang paling tepat dan tidak subversif. Mereka menabung untuk tidak mendmbali jumlah orang yang lemah dan dilemahkan tidak dengan hanya membayangkan bagaimana memperoleh granat tangan untuk meledakkan gedung ini dan kantor itu, tidak dengan menyelesaikan dahulu penyelidikan atas rahasia World Bank, rencana-rencana CIA dan KGB atau apa maksud sebenamya dari dilimpahkannya uang dengan jumlah yang sangat banyak oleh organisasi-organisasi non-pemerintah di luar negeri kepada yang disebut pejuang-pejuang penolong kaum dhu'afa. Mereka menabung untuk tidak menambah jumlah orang yang lemah dan dilemahkan tidak dengan membayangkan bagaimana meng-genggam seluruh persoalan dunia ini di sebuah tangannya; melainkan dengan mengerjakan apa yang dapat is kerjakan sebatas langkah kakinya, jangkauan tangannya dan kapasitas tenaga hidupnya.

Pada suatu hari kegagapan makro dan hubungan mikro itu akan bertemu dalam suatu rangka pengelolaan yang lebih artikulatif strateginya. Ummat Islam telah rnulai bekerjasama dengan janji Allah "wanuriidu an-namunna
'alalladziina-studh'ifuu filardli wanaj'aluhum al-immatan wanaj'aluhumu-lwaaritsuun ..."

Bandung, 11 September 1986
(selesai)
(Emha Ainun Nadjib/"Nasionalisme Muhammad"/Sipress/1995/PadhangmBulanNetDok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar